Sunday, September 20, 2009

:: Masih kisah Noordin M. Top

Terorisme tidak Mati

19 September 2009 00:30 WIB 23 Komentar

CETAK

KIRIM

DIGG

FACEBOOK

Buzz up!

INDONESIA bersukacita ketika Kapolri Jenderal Bambang Hendarto Danuri mengumumkan teroris yang paling dicari selama sembilan tahun terakhir, Noordin M Top, tewas dalam penggerebekan di Solo, Jawa Tengah. Para wartawan bertepuk tangan ketika Kapolri mengumumkan kematian Noordin dalam jumpa pers.

Akan tetapi, sukacita kita tidak boleh menyesatkan. Adalah sangat keliru bila dengan kematian Noordin, warga negara Malaysia itu, kita menganggap terorisme di Indonesia telah mati juga. Karena itu, kesiagaan jangan pernah kendur.

Data intelijen memperkirakan selama sembilan tahun mengembara di Indonesia, Noordin telah menciptakan jejaring terorisme sendiri di bawah kepemimpinannya. Sejumlah ahli bom telah dididiknya. Mereka itulah yang sangat potensial melanjutkan ideologi kekerasan Noordin.

Kematian Noordin pasti berpengaruh terhadap kerja jejaringnya. Namun, tidak akan terlalu lama bagi mereka untuk melakukan konsolidasi.
Noordin, mungkin, tidak tergantikan dalam soal karismanya. Tetapi ingat, ada seorang tokoh yang buron, Syaifudin Jaelani, yang dikenal memiliki kemampuan yang baik untuk memengaruhi. Dua pelaku bom bunuh diri di Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott, Jakarta, dua bulan lalu, adalah anak muda yang tergiur oleh rayuan Jaelani.

Selain itu, terorisme sesungguhnya memiliki bibit dalam masyarakat berupa ketidakadilan dan kemiskinan. Masyarakat kehilangan pilihan untuk menentukan jalan hidupnya karena didikte kekuatan yang memaksakan ketidakadilan. Mereka frustrasi.

Terorisme global sesungguhnya timbul karena banyak bangsa dan negara tidak bisa lagi bebas menentukan keputusan-keputusan politik bagi dirinya sendiri. Amerika Serikat banyak dituding sebagai kekuatan yang menyuburkan terorisme.

Masyarakat sesungguhnya sensitif terhadap terorisme. Seorang anak yang baik dan taat, misalnya, bisa berubah menjadi seorang teroris. Kalau kita menyalahkan semua pikirannya, kita membentak dia agar diam ketika dia ingin bicara, kita menamparnya ketika dia melawan, kita menginjaknya ketika dia jatuh, dia akan bangkit dan mencari bom.

Itu adalah ilustrasi betapa ketidakadilan dan kekerasan adalah bibit tersubur bagi terorisme. Karena ketidakadilan semakin meluas, terorisme dewasa ini dianggap sebagai perang dunia baru. Terorisme di Indonesia tidak lenyap karena seorang Noordin M Top telah dilenyapkan.

Terorisme betul-betul akan mati hanya bila masyarakat menganggap ide terorisme sebagai ide yang tidak berguna. Ide yang kuno.

Bolehlah polisi bergembira karena telah melenyapkan Noordin M Top. Patutlah juga kita memuji dan negara mengapresiasi kerja mereka. Tetapi, jangan lengah. Karena terorisme tidak gampang mati.

Sent from my BlackBerry® powered by

Bookmark and Share