Masalah stress selalu menjadi sebuah topik hangat yang diangkat terutama di tempat kerja, karena keberadaannya dipercaya oleh sebagian besar orang akan mengganggu produktifitas kerja pegawai. Namun apakah dengan demikian stress sama sekali tidak boleh “bertamu” di tempat kerja agar produktifitas kerja pegawai tetap terjaga? Jawabannya adalah tidak.
Masih ingatkah dengan hukum kekekalan energi? Sebagai penyegaran, menurut ilmu ini energi tidak dapat diubah bentuknya. Sementara berbicara tentang stress, maka sejatinya ia merupakan pancaran energi dari seseorang yang tengah bergelut dengannya. Untuk itu, diperlukan jurus jitu agar di kala stress, kita dapat mengubah energi keluarannya menjadi energi yang positif, yang mampu menggiring terbentuknya performansi kerja menjadi lebih optimal dan memberi manfaat bagi sekitar.
“Siklus Hidup” Stress
Seperti layaknya manusia, stress tampaknya juga memiliki siklus hidup. Ia lahir, berkembang dan kemudian (dapat/harus) dimatikan, sebelum akhirnya hidup kembali. Dengan begitu dapatlah dikatakan siklus hidup stress persis sama dengan siklus hidup manusia. Sementara, kualitas hubungan antara stress dan manusia dapat dilihat dari siapa yang menjadi objek dan siapa yang menjadi subjek saat keduanya berinteraksi.
Agar seseorang memiliki kualitas hubungan yang baik dengan stress, maka sudah seharusnya manusia-lah yang menjadi subjek dan mengendalikan siklus hidup stress, bukan justru sebaliknya. Menurut sebuah penelitian badan kesehatan di Singapura, dampak negatif stress jika tidak terkelola dengan baik maka akan mengundang penyakit berbahaya bagi nyawa manusia, seperti kanker, Ischaemic Heart Disease (IHD), Stroke, Diabetes Melitus (DM), dan bahkan berakibat kecelakaan dan kematian.
Bersahabat dan Mengendalikan Stress
Untuk dapat bersahabat dan mengendalikan stress, tentu harus dipahami dulu gejala bahwa stress ini akan lahir. Gejala tersebut dapat dikenal melalui beberapa hal, di antaranya yaitu dari sisi fisik seperti sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. Sementara gejala lainnya yaitu dari sisi emosional, yaitu mudah marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, mudah bermusuhan, dan kelesuan mental.
Jika salah satu dari gejala itu sudah ditunjukkan, maka artinya stress telah lahir di tengah-tengah kita. Kemudian apa yang harus dilakukan? Jangan panik, sambutlah dan kendalikanlah ia! Lalu hal lain yang terpenting adalah jangan pernah menyalahkan diri kita ataupun orang lain dengan adanya stress yang muncul dalam diri kita, karena stress memang alaminya dapat lahir dalam diri siapapun. Setelah lahir, maka ia pun dapat tumbuh sesuai dengan kondisi-kondisi yang kita berikan padanya. Ia akan semakin subur apabila kita tidak dapat mengendalikannya. Sebaliknya dengan mengenalinya, maka ia dapat kita kendalikan bahkan kita “matikan”.
Langkah selanjutnya adalah mendekati dan memahami keilmuan “Manajemen Stress”. Menurut definisinya, manajemen stress adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia), yaitu diri kita sendiri secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stress itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang agar lebih baik daripada sebelumnya.
Manfaat Pengendalian Stress
Melihat baiknya dampak dari terkendalinya siklus hidup stress pada kehidupan kita, yaitu perbaikan pada kualitas hidup seseorang, maka ilmu Manajemen Stress menjadi ilmu yang wajib dipahami dan dikuasai oleh setiap orang dengan karakter pekerjaan yang sangat rentan dengan stress. Bahkan mungkin saja ilmu ini perlu dituangkan dalam sebuah kamus pocket, yang dapat dibawa setiap waktu oleh setiap orang. Dengan demikian, apa yang terpancarkan dari setiap sejarah kehadiran stress tersebut akan selalu membawa energi positif bagi dirinya serta bagi orang-orang dan lingkungan sekitarnya.