Rabu, 17 Februari 2010 | 20:38 WIB
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
Panser Anoa buatan PT Pindad diuji di jalur menanjak, datar, dan turun, di Bandung, Jumat (15/1/2010). Selain sudah digunakan pasukan perdamaian di Lebanon, panser berbobot 14 ton ini juga menarik minat Malaysia.
TERKAIT:
* Pindad Berharap Pesanan Panser dari Malaysia
* Malaysia Tertarik Panser Pindad
* Menjajal Ketangguhan Panser Anoa
* PT Pindad Serahkan 33 Panser ke Kemhan
* PT Pindad Serahkan 33 Panser kepada Dephan
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan PM Malaysia Najib Tun Razak yang akan memutuskan Malaysia akan membeli sejumlah panser yang diproduksi PT Pindad, Indonesia atau membeli dari negara lain. Kami sudah mengirim tim ke Pindad mempelajari produksi dan pelayanan purnajual serta sistem pembayaran.
"Kami sudah mengirim tim ke Pindad mempelajari produksi dan pelayanan purnajual serta sistem pembayaran. Semua sudah selesai dan kami sudah memberikan laporan kepada PM Malaysia Najib Tun Razak untuk menentukan akan membeli panser darimana," kata Zahid Hamidi, Rabu (17/2/2010).
Zahid yang keturunan Yogyakarta itu mengatakan, PM Malaysia juga merangkap menteri keuangan. Hal itu dikemukakan Menhan Malaysia dalam jumpa pers usai menerima kunjungan Menhan RI Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso di Kementerian Pertahanan Malaysia, Kuala Lumpur.
Dalam jumpa pers itu, Menhan Zahid Hamidi didampingi Panglima ATM (Angkatan Tentera Malaysia) Azizan Arifin, tanpa dihadiri oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro.
PT Pindad masuk tiga besar dalam tender pengadaan panser di Malaysia. Pesaing lainnya dari Korea Selatan dan Perancis. Namun dengan semangat yang dibawa PM Najib untuk membangun industri pertahanan ASEAN, maka Indonesia optimistis akan menjadi pemenang tender, walaupun ada masalah tentang mesin panser. Malaysia menginginkan mesin produksi Mercedez, sedangkan PT Pindad menawarkan mesin Renault.
Menhan Zahid mengatakan, dalam pembicaraan dengan Menhan Purnomo membahas mengenai pembangunan industri pertahanan ASEAN dengan saling membeli produksi pertahanan, memanfaatkan perawatan pesawat militer dan kapal tempur serta pertukaran para pimpinan militer untuk mengikuti pelatihan. "Dulu Malaysia membeli helikopter Super Puma dan CN235 dari Indonesia, sebaliknya Indonesia membeli mobil Proton untuk menjadi taksi di Indonesia," katanya.
"Perawatan pesawat TNI dilakukan di Malaysia, bisa saja perawatan kapal perang Malaysia dilakukan di galangan kapal di Indonesia. Apalagi Indonesia punya banyak galangan kapal," kata Zahid Hamidi, yang masih fasih berbahasa Jawa.
Dia mengatakan, Malaysia juga tertarik untuk menanamkan sahamnya di galangan kapal di Indonesia karena Indonesia punya banyak ahli di bidang perkapalan.
Untuk pertukaran pimpinan militer demi meningkatkan lagi keakraban antara TNI dan ATM, Menhan Malaysia mengatakan, beberapa perwira ATM siap untuk mengikuti pendidikan di Lemhanas.
Kedatangan Menhan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso adalah untuk mengikuti pertemuan GBC (General Border Committee) ke-38 di Kuala Lumpur, Kamis (18/2/2010).
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
Panser Anoa buatan PT Pindad diuji di jalur menanjak, datar, dan turun, di Bandung, Jumat (15/1/2010). Selain sudah digunakan pasukan perdamaian di Lebanon, panser berbobot 14 ton ini juga menarik minat Malaysia.
TERKAIT:
* Pindad Berharap Pesanan Panser dari Malaysia
* Malaysia Tertarik Panser Pindad
* Menjajal Ketangguhan Panser Anoa
* PT Pindad Serahkan 33 Panser ke Kemhan
* PT Pindad Serahkan 33 Panser kepada Dephan
KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan PM Malaysia Najib Tun Razak yang akan memutuskan Malaysia akan membeli sejumlah panser yang diproduksi PT Pindad, Indonesia atau membeli dari negara lain. Kami sudah mengirim tim ke Pindad mempelajari produksi dan pelayanan purnajual serta sistem pembayaran.
"Kami sudah mengirim tim ke Pindad mempelajari produksi dan pelayanan purnajual serta sistem pembayaran. Semua sudah selesai dan kami sudah memberikan laporan kepada PM Malaysia Najib Tun Razak untuk menentukan akan membeli panser darimana," kata Zahid Hamidi, Rabu (17/2/2010).
Zahid yang keturunan Yogyakarta itu mengatakan, PM Malaysia juga merangkap menteri keuangan. Hal itu dikemukakan Menhan Malaysia dalam jumpa pers usai menerima kunjungan Menhan RI Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso di Kementerian Pertahanan Malaysia, Kuala Lumpur.
Dalam jumpa pers itu, Menhan Zahid Hamidi didampingi Panglima ATM (Angkatan Tentera Malaysia) Azizan Arifin, tanpa dihadiri oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro.
PT Pindad masuk tiga besar dalam tender pengadaan panser di Malaysia. Pesaing lainnya dari Korea Selatan dan Perancis. Namun dengan semangat yang dibawa PM Najib untuk membangun industri pertahanan ASEAN, maka Indonesia optimistis akan menjadi pemenang tender, walaupun ada masalah tentang mesin panser. Malaysia menginginkan mesin produksi Mercedez, sedangkan PT Pindad menawarkan mesin Renault.
Menhan Zahid mengatakan, dalam pembicaraan dengan Menhan Purnomo membahas mengenai pembangunan industri pertahanan ASEAN dengan saling membeli produksi pertahanan, memanfaatkan perawatan pesawat militer dan kapal tempur serta pertukaran para pimpinan militer untuk mengikuti pelatihan. "Dulu Malaysia membeli helikopter Super Puma dan CN235 dari Indonesia, sebaliknya Indonesia membeli mobil Proton untuk menjadi taksi di Indonesia," katanya.
"Perawatan pesawat TNI dilakukan di Malaysia, bisa saja perawatan kapal perang Malaysia dilakukan di galangan kapal di Indonesia. Apalagi Indonesia punya banyak galangan kapal," kata Zahid Hamidi, yang masih fasih berbahasa Jawa.
Dia mengatakan, Malaysia juga tertarik untuk menanamkan sahamnya di galangan kapal di Indonesia karena Indonesia punya banyak ahli di bidang perkapalan.
Untuk pertukaran pimpinan militer demi meningkatkan lagi keakraban antara TNI dan ATM, Menhan Malaysia mengatakan, beberapa perwira ATM siap untuk mengikuti pendidikan di Lemhanas.
Kedatangan Menhan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso adalah untuk mengikuti pertemuan GBC (General Border Committee) ke-38 di Kuala Lumpur, Kamis (18/2/2010).