Wednesday, December 30, 2009

:: Dus Gur meninggal


Pesan Gus Dur: Berbuat Baik Apa Pun Suku dan Agamamu
Rabu, 30 Desember 2009 | 22:03 WIB
Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary

JAKARTA, KOMPAS.com — Hermawi Taslim, salah satu orang terdekat presiden Republik Indonesia keempat, almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tak menyangka bisa mendampingi dan turut dalam berbagai kegiatan Gus Dur dalam 10 tahun terakhir. Sebagai seorang non-muslim, ia tak menyangka bahwa seorang tokoh Nahdlatul Ulama membuka lebar pintu bagi dirinya.

Hermawi mengungkapkan, perkenalannya dengan Gus Dur pertama kali di NTT. "Saat itu, Gus Dur ke NTT untuk urusan PKB. Saya bertemu ketika transit. Beliau tanya, 'Kamu orang apa?' Saya jawab saya dari Nias. Beliau mengajak saya bergabung dan mengatakan, 'Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu'," kata Hermawi berbagi kisah tentang pesan yang diingatnya dari seorang Gus Dur kepada Kompas.com.

Apa yang diutarakan Gus Dur menjadi pegangannya dalam berkomunikasi dengan siapa pun dalam 10 tahun terakhir. "Saya sangat terkesan dengan keterbukaan beliau yang tidak pernah membeda-bedakan," ujar Hermawi, yang pernah menjabat ketua DPP PKB ini.

Terakhir kali, Hermawi bertemu Gus Dur pada Minggu (27/12/2009) di Gedung PB Nahdlatul Ulama, Jakarta Pusat. Biasanya, setiap akhir pekan, ada pertemuan rutin di PBNU untuk mendiskusikan berbagai perkembangan di Tanah Air. "Setelah itu, saya pamit kepada Gus Dur untuk berlibur bersama keluarga dan baru kembali hari ini. Saya menyesal tidak bersama beliau di saat terakhirnya," kata Hermawi dengan terisak.


Presiden: Kibarkan Bendera Setengah Tiang Sepekan
Rabu, 30 Desember 2009 | 21:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, atas nama negara, pemerintah Republik Indonesia dan pribadi, menyatakan duka mendalam atas wafatnya mantan Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid.

Presiden menyampaikan ungkapan bela sungkawanya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (30/12/2009) malam. Sebagai ungkapan berkabung, Presiden meminta seluruh rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama 7 hari.

"Saya meminta seluruh rakyat Indonesia untuk mulai besok mengibarkan bendera setengah tiang selama 7 hari sebagai rasa duka dan berkabung kita yang mendalam atas kepergian presiden keempat kita, Bapak KH Abdurrahman Wahid," ujar Presiden.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga mendoakan Gus Dur diterima di sisi Allah SWT sesuai dengan amal ibadahnya serta jasa dan pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara. Keluarga yang ditinggalkan juga diharapkan tetap sabar, tegar, dan tawakal serta berserah diri kepada Allah SWT.

"Saya juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan penghormatan yang paling tinggi seraya mendoakan agar Almarhum hidup tenang di alam baka sesuai dengan amal baktinya di dunia," demikian Presiden.


Gus Dur Wafat
Presiden Tetapkan Hari Berkabung Nasional
Rabu, 30 Desember 2009 21:55 WIB

JAKARTA-MI: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Hari Berkabung Nasional atas meninggalnya Presiden Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur. Presiden meminta agar masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang selama satu pekan penuh.

"Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia mulai besok (31/12) mengibarkan bendera setengah tiang selama tujuh hari sebagai rasa duka dan berkabung yang mendalam atas kepergian Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid," kata Presiden dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/12) malam.

Lebih lanjut Presiden mengatakan, dirinya akan memimpin langsung upacara kenegaraan pemakaman KH Abdurrahman Wahid yang sedianya akan dilangsungkan di Jombang, Jawa Timur, pada Kamis (31/12) pagi.

"Negara ingin memberikan penghormatan tertinggi dalam acara pemakaman dan akan dilaksanakan di Jombang dengan upacara kenegaraan yang akan saya pimpin sendiri," kata Presiden.

Kepala Negara juga mengatakan, ia sudah berkoordinasi dengan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufiq Kiemas agar dapat bertindak sebagai pemimpin upacara dalam pemberangkatan jenazah mantan Presiden Abdurrahman Wahid dari kediaman pribadinya di Jl Warung Sila nomor 30, RT 02/ RW 05, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menuju ke tempat pemakaman
di Jombang, Jatim, pada Kamis (31/12) pagi.

"Sesuai rencana, saya telah berkoordinasi dengan pimpinan MPR untuk bertindak sebagai pemimpin upacara dalam pemberangkatan dari rumah duka ke Jatim," kata Presiden.

Dalam kesempatan itu, Presiden mengatakan, Indonesia kehilangan putra terbaiknya dan mendoakan agar semua masyarakat Indonesia mendoakan yang terbaik bagi mantan Presiden Abdurrahman Wahid.

Saat memberikan keterangan pers, Presiden Yudhoyono didampingi Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Menko Kesra Agung Laksono, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, Menag Suryadharma Ali, dan Mensesneg Sudi Silalahi.

Usai konferensi pers, Presiden Yudhoyono dan Wapres Boediono menuju rumah duka di Ciganjur, Jaksel untuk melayat. (Ant/OL-7)