Friday, September 10, 2010

:: Saling bermaafan




Baiknya Bermaafan
Jumat, 10/9/2010 | 09:14 WIB

KOMPAS.com - Hari raya Idul Fitri adalah saatnya kaum muslimin dan muslimah merayakan kemenangan sekaligus bermaaf-maafan. Nilai bermaaf-maafan itu ternyata tak hanya bermakna bagi hubungan interpersonal seseorang. Namun, juga baik untuk kesehatan jiwa dan raga.

Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa sadar kita memberikan pengaruh terhadap banyak orang, entah itu pengaruh baik maupun buruk. Sehingga bisa dikatakan, tak ada manusia yang luput dari kesalahan dan permintaan maaf, dan tidak ada siapa pun yang tak punya kesempatan untuk memberikan maaf kepada orang lain. Berikut adalah beberapa hal baik dari memaafkan untuk kesehatan seseorang:

1. Kesehatan fisik yang baik
Ada banyak studi yang menilai positif tindakan memaafkan orang lain terhadap kesehatan tubuh. Di antaranya; menurunkan tekanan darah, menyehatkan detak jantung, serta menguatkan imun tubuh.

2. Menghindari siklus pikiran yang tak produktif
Tak bisa memaafkan memicu siklus pikiran negatif dan amarah. Memaafkan orang yang pernah berbuat salah kepada kita memberikan kesempatan untuk Anda bisa merasakan emosi orang lain. Dengan kata lain, Anda jadi lebih bisa berempati dengan orang lain. Saat pikiran Anda terblokade oleh rasa marah dan kesal, pikiran dan perasaan pun tertutup. Lama kelamaan, hati pun menjadi keras dan sulit untuk bisa menjadi orang yang lebih baik.

3. Energi dan toleransi yang lebih baik
Perlu energi yang banyak untuk menahan dendam dan amarah. Saat dendam dan pikiran buruk berkelibat di kepala Anda, maka kemampuan Anda untuk peka akan kebutuhan orang lain di sekitar serta kemampuan Anda untuk menjadi orang yang lebih sensitif akan keadaan sekitar akan terhalang.

4. Melindungi kebebasan dan kemampuan untuk percaya
Tidak mau memaafkan orang lain memosisikan Anda sebagai korban dan mengekang Anda sebagai orang yang tertindas akan suatu tindakan yang salah. Memaafkan orang yang berbuat salah bisa membebaskan Anda dan memberi Anda pilihan untuk bisa percaya lagi. Ini adalah kunci penting untuk bisa menjalin hubungan dengan siapa pun lebih baik.

5. Menghapus kenangan buruk
Coba Anda bayangkan menjalin hubungan cinta dengan seseorang yang belum bisa memaafkan tindakan buruk yang ia terima dari mantan kekasihnya. Bagaimana posisi Anda? Sulit, kan? Untuk bisa bersama orang yang masih menyimpan dendam dan amarah terhadap orang lain sangat menguras energi. Lama kelamaan energi orang yang berada dekatnya akan terhisap. Menjalin hubungan yang baik dan sehat adalah dengan menyelesaikan masalah saat masalahnya mulai mencuat.

6. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan diri
Yang luarbiasa dari tindakan memaafkan adalah dampaknya terhadap perkembangan seseorang. Dibutuhkan kelapangan dan daya yang sangat besar untuk bisa keluar dari situasi tak mengenakkan. Hal ini akan membantu Anda untuk memperbaiki diri dan menempa mental untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.

Tentu tindakan memaafkan ini pun ada kadar dan batasannya. Andalah yang paling tahu apa dan bagaimana tindakan yang bisa ditolerir dan tidak. Jadi, ketika ada masalah-masalah sepele yang bisa Anda maafkan, sedikit demi sedikit Anda sedang menempa diri untuk menjadi orang yang lebih sehat, bertumbuh, serta belajar dari pengalaman untuk menilai situasi lebih baik lagi.


NAD

Editor: Nadia Felicia

Sumber: yourtango



...............................................................................................


Dahsyatnya Kekuatan Saling Memaafkan

Kamis, 09 September 2010, 21:12 WIB
Smaller Reset Larger
Dahsyatnya Kekuatan Saling Memaafkan
ilustrasi

Oleh Dr A Ilyas Ismail

Pada suatu hari, Abu Bakar As-Shiddiq bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya. Sebab, ia telah ikut menyebarkan berita bohong mengenai putrinya, Siti Aisyah. Namun, Allah SWT melarang sikap Abu Bakar itu dengan turunnya ayat ke-22 dari surah An-Nur.

“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan mem beri (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin agar Allah mengampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur [24]: 22).

Ayat ini mengajarkan kepada kaum Muslim agar melakukan (paling tidak) dua hal kepada orang yang pernah berbuat dosa. Pertama, al-afwu, yaitu memberi maaf. Dalam bahasa Alquran, kata al-afwu, berarti ‘menghapus’ atau ‘menghilangkan luka-luka lama yang ada dalam hati’. Untuk itu, tidak disebut memberi maaf manakala masih tersisa ganjalan, apalagi dendam yang membara dalam hati.

Kedua, as-shafhu, yaitu berlapang dada. Kata as-shafhu berarti ‘irdhu as-syai’, yaitu permukaan atau dataran sesuatu yang menggambarkan kelapangan. Dari kata ini terbentuk kata mushafahah yang berarti bersalam-salaman, dan kata shafahat yang berarti lembaran-lembaran. Jadi, dengan as-shafhu, kita disuruh bersikap lapang dada untuk menutup lembaran-lembaran lama dan membuka serta mengisi lembaran yang baru.

Menurut pakar tafsir Al-Ashfahani, as-shafhu lebih tinggi nilainya dibanding al-afwu. Itu karena, pada al-afwu, boleh jadi ada sesuatu yang sulit dihapus dan dibersihkan, atau karena lembaran yang terkena noda. Meskipun sudah dibersihkan, ia tidak akan sebagus lembaran yang baru sama sekali.

Di samping dua hal, al-afwu dan as-shafhu, kepada orang yang bersalah itu, kita diminta pula berbuat baik dan terbaik ( ihsan). Ihsan itu bukan kebaikan biasa, akan tetapi keutamaan ( al-fadhl) yang sangat tinggi. Ia di atas kewajiban atau sesuatu yang seharusnya. Dicontohkan dalam perihal membayar hutang. Itu merupakan kewajiban, tetapi membebaskan piutang adalah keutamaan ( ihsan). Meminta maaf adalah kewajiban, tetapi memberikan maaf sebelum diminta adalah keutamaan ( ihsan).

Pada hari yang suci dan fitri ini, sudah selayaknya kita memulai hidup baru dengan memperkuat tali silaturahim, saling memaafkan, dan saling berbagi dalam kebaikan dan kebahagiaan. Itulah sesungguhnya jalan takwa yang harus kita budayakan dan berdayakan sepanjang hidup kita. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah beserta orangorang yang bertakwa dan orangorang yang berbuat kebaikan.” (QS Al-Nahl [16]: 128). Wallahu a’lam. Mohon maaf lahir dan batin.

Red: irf